Kabupaten Kotawaringin Timur adalah salah satu kabupaten di provinsi
Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sampit. Kabupaten
ini terletak antara 1110 0 50 – 1130 0 46 Bujur Timur dan 00 23 14 – 30
32 54 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur di sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Seruyan, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Katingan, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Seruyan sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Luas wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat 16.496 Km, terdiri dari tiga
belas Kecamatan, 132 Desa dan 12 Kelurahan.
Disektor perkebunan, komoditas kelapa banyak diproduksi di Kecamatan
Metaya Hilir Selatan dan Pulau Hanaut. Sementara kelapa sawit memiliki
areal tanam luas terutama di Kecamatan Mentaya Hulu, Parenggean, dan
Cempaga. Sedangkan karet yang juga banyak diolah untuk dijadikan
souvenir khas kalimantan ini banyak ditanam di Kecamatan Cempaga, Kota
Besi, Mentaya Hulu, dan Parenggean.
Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki potensi alam yang cukup besar
seperti kawasan hutan yang menawarkan isinya untuk ditebang dan diolah.
Total lahan hutan produksi di wilayah ini sekitar 1,2 juta hektar.
Komoditas hasil hutan yang di eksport antara lain plywood, kayu bulat,
kayu gergajian, dan moulding/dowel.
Kabupaten ini juga memiliki fasilitas pelabuhan Sampit yang merupakan
pelabuhan bongkar muat barang dan penumpang. Pelabuhan utama di Kotim
yang dikelola oleh PT (persero) Pelindo III ini dilengkapi antara lain
dengan lapangan penumpukan peti kemas seluas 3.000 meter persegi, gudang
penumpukan 1.116 meter persegi, terminal penumpang 750 meter persegi
dan satu trailer.
Di sektor pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki Wisata
Budaya dan keindahan alam unggulan yang dapat ditampilkan oleh
Pemerintah Daerah untuk dikunjungi para wisatawan asing maupun domestik.
Wisata Arung Jeram, Banyaknya riam yang yang terdapat di Kecamatan
Antang Kalang dapat dijadikan sebagai ajang wisata arung jeram. Budaya
Rumah Betang, Situs budaya kebersamaan dalam suatu hunian rumah betang,
rumah adat ini terletak di Kecamatan Antang Kalang di desa Tumbang Gagu.
Dan yang tidak kalah menarik adalah Pantai Ujung Pandaran, Pantai Ujung
Pandaran terletak di Kecamatan Teluk Sampit. Pantai yang masih asri ini
langsung menghadap ke Laut Jawa, deburan kecil yang gemerisik menjadi
pantai ini lebih sempurna, tenang dan damai ketika menyaksikan hadirnya
sang surya di kejauhan memancarkan hangatnya cahaya. Lokasi ini terletak
85 km sebelah selatan dari Pusat Kota Sampit, tidak jauh dari jalan
lintas Sampit – Kuala Pembuang (Kabupaten Seruyan).
Pantai Ujung Pandaran merupakan salah satu objek wisata andalan
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Pantai yang terkenal dengan
hamparan pasir putih dan kekayaan biota lautnya ini membentang puluhan
kilometer dari Kabupaten Kotawaringin Timur hingga perbatasan Kabupaten
Seruyan. Pantai Ujung Pandaran termasuk jenis pantai yang landai,
seperti pantai-pantai yang menghadap Laut Jawa pada umumnya.
Pantai Ujung Pandaran merupakan representasi dari keindahan
pemandangan alam yang sungguh memesona. Di pantai ini, pengunjung dapat
menjumpai hamparan pasir putih yang begitu luas, barisan pohon nyiur
yang jika dilihat dari kejauhan seolah-olah memagari pantai ini, deburan
ombak yang cukup besar, dan kekayaan biota laut khas pantai ini. Khusus
untuk biota laut, di Pantai Ujung Pandaran banyak terdapat ubur-ubur,
ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu karang, dan
lain-lain.
Selain menikmati keindahan pemandangan alamnya, di Pantai Ujung
Pandaran ini pengunjung juga dapat menyaksikan ritual adat Simah Laut
yang dipraktekkan oleh masyarakat nelayan setempat secara turun temurun.
Simah Laut adalah ritual tolak bala yang dilakukan oleh para nelayan
Ujung Pandaran sebelum memulai pelayaran ke laut untuk mencari ikan.
Ritual tahunan ini dilakukan setiap tanggal 10 bulan Syawal, atau
sepuluh hari setelah Hari Raya Idulfitri. Sebelum acara ini
dilaksanakan, biasanya masyarakat setempat bergotong-royong membersihkan
pantai terlebih dahulu. Setelah pantai dirasa cukup bersih, ritual
Simah Laut baru diselenggarakan dengan cara melarungkan berbagai macam
sesaji ke tengah laut. Oleh masyarakat setempat, ritual ini dipercaya
dapat mendatangkan keselamatan dan memberikan limpahan rezeki selama
melaut.
Upacara Simah Laut
Pembukaan upacara Simah Laut biasanya oleh Gubernur dan acara ini
diikuti oleh para nelayan di pesisir Ujung Pandaran, di Pantai Ujung
Pandaran sangat ramai karena yang mengikuti upacara Simah Laut
pesertanya ribuan terdiri dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah
(Kalteng).
Selepas penutupan acara perkemahan tersebut, Gubernur Kalteng dan
para bupati diarak oleh rombongan putra-putri berpakaian khas
Kotawaringin Timur menuju rumah panggung di tepi pantai tersebut.
Di gapura yang berhias janur, rombongan disambut oleh tetua adat
masyarakat Ujung Pandaran yang juga pawang simah laut,. Dipotonglah
janur yang melintang di muka pintu gerbang tadi dan rombongan bergerak
mendekati rumah panggung.
Mereka pun lalu menaiki lantai panggung dan berdiri mengelilingi
miniatur rumah betang (rumah khas Dayak) dan perahu sepanjang 1,5 meter
dengan lebar 0,5 meter.
Di dalam perahu tersebut diletakkan aneka wadai (sebutan masyarakat
setempat untuk kue tradisional seperti cucur, apam), wajik, bubur merah,
bubur putih, dan juga telur. Kepala kerbau juga merupakan salah satu
kelengkapan sesajian kaum nelayan yang akan dihanyutkan ke laut
menggunakan perahu kecil itu.
Gotong royong
Nelayan Ujung Pandaran, menuturkan, aneka kue dan bubur disiapkan secara
gotong royong oleh nelayan setempat. ”Simah laut ini upacara adat kaum
nelayan yang kami gelar setiap tahun sekali. Diadakan saat memasuki
musim angin barat seperti saat ini,” katanya.
Pawang simah laut, Muhran, menuturkan, inti doa dalam simah laut ini
untuk meminta keselamatan bagi para nelayan Ujung Pandaran. ”Dan semoga
tangkapan mereka juga banyak,” katanya sebelum memimpin doa bersama itu.
Di atas panggung itu Muhran pun mendaraskan doa dengan pelan.
Sementara itu, pejabat lainnya yang turut berdiri di lantai panggung
juga ikut berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Tak sampai lima menit
waktu yang diperlukan untuk mendoakan sesaji ini.
Selepas didoakan pawang, enam pemuda Ujung Pandaran pun mengangkat
perahu yang berisi sesaji mendekati pantai. Dari arah laut,
perahu-perahu nelayan merapat menjemput sesajian tersebut.
Dengan dikawal perahu-perahu nelayan, perahu berisi sesajian itu
diangkat ke salah satu kapal kayu dan dibawa berlayar menjauhi pantai.
Kapal sesajian itu kemudian dilayarkan ke tengah laut pada jarak sekitar
satu kilometer dari bibir pantai.
Pemerhati budaya Dayak, Kardinal Tarung, menjelaskan, simah laut
adalah akulturasi atau pembauran budaya Dayak dengan budaya pesisir
Melayu yang dilakukan di Ujung Pandaran sejak dahulu kala. Belum ada
catatan yang menjelaskan sejak kapan tradisi simah laut ini mulai ada.
”Memberi sesaji atau sedekah laut adalah tradisi yang dikenal banyak
budaya, seperti halnya larungan pada tradisi budaya Jawa,” kata Kardinal
yang juga Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi
Kalteng ini.
Kembali ke soal akulturasi, unsur-unsur budaya Dayak antara lain
terlihat dari penggunaan miniatur rumah betang untuk meletakkan
sesajian. ”Penggunaan sesajian berupa kepala kerbau juga lazim dilakukan
dalam tradisi Dayak meski di budaya lain juga ada.
Simah laut menggambarkan pemahaman masyarakat Dayak di pesisir untuk
menghormati alam dan kemurahan sang Pencipta yang menganugerahkan
kelimpahan ikan.
Adapun kaum perempuan bergotong royong memasak aneka penganan untuk
sesaji dan juga daging dari hewan kurban. Pemilihan hewan kurban
disesuaikan dengan kemampuan warga, bisa mengurbankan kambing atau sapi.
Bagian kepala hewan kurban ini kemudian dihanyutkan ke tengah laut,
sementara daging dimasak untuk kemudian disantap bersama oleh penduduk
dan pengunjung yang hadir.
Nelayan menjelaskan tiga hari berikutnya terhitung sejak pelaksanaan
upaca Simah laut, nelayan Ujung Pandaran pantang untuk melaut. Baru pada
hari keempat para nelayan itu kembali melaut mencari ikan, seperti
kembung, peda, dan tongkol yang banyak menghuni perairan Laut Jawa lepas
pesisir Kalteng
Dukungan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memberi dukungan
penyelenggaraan upacara Simah Laut ini sehingga pelaksanaannya bisa
meriah, ”Ini sekaligus untuk mengenalkan potensi wisata budaya di
pesisir Kalteng, terutama pantai Ujung Pandaran, agar lebih dikenal,” .
Apalagi, karena memiliki nama: Kalimantan Tengah, provinsi ini
seolah-olah dianggap tidak memiliki pantai karena berada di tengah
hutan, padahal, Kalteng memiliki pantai sepanjang 750 kilometer yang
terhampar mulai dari Kabupaten Sukamara, Kotawaringin Barat, Seruyan,
Kotawaringin Timur, Katingan, Pulang Pisau, hingga Kapuas.